GRATIS ONGKIR 08986508779 | Sinopsis Beli Harga | Novel Pulang Karya Tere Liye :
“Aku tahu sekarang, lebih banyak luka di hati bapakku dibanding di tubuhku. Juga mamamku, lebih banyak tangis di hati Mamak dibanding di matanya.”
Sebuah kisah tentang perjalanan pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, untuk memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit.
“Selalu ada hal baru yang bisa direnungi dan dipahami dari novel-novel Tere Liye.”
-Pulin Sri Lestari, Ibu Rumah Tangga
“Saat ini kita cenderung tidak lagi peduli pada banyak hal, namun novel-vovel Tere Liye membantu kita untuk melihat lebih dalam dan peduli.”
-Tiara, Guru/Dosen
“Kayak buku pelajaran, tapi seru. Mamah kamu nggak akan ngambek kalau kamu baca novel-novel Tere Liye.”
-Khoirun Nisa, Siswi SMA
‘Membaca novel-novel Tere Liye seperti pulang ke rumah. Berapa jauh pun kaki melangkah, selalu ingin kembali.”
-Evi, Buruh Migran Indonesia
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Tebal : 404 Halaman
No ISBN : 9786020822129
Sampul : Soft Cover
Harga : Rp 65.000
Tentang Penulis Novel Rembulan Tenggelam Di Wajahmu :
Beberapa tahun belakangan ini dunia sastra Indonesia akrab dengan sosok penulis yang bernama Tere Liye. Penulis yang ini mampu menghipnotis masyarakat Indonesia melalui karya tulisannya. Biografi serta profil Tere Liye tidak banyak yang mengetahuinya.
Selama ini seorang Tere Liye cukup misterius. Kisah hidupnya tak terlalu banyak dipublikasi. Hal ini sepertinya memang sengaja ia lakukan untuk menjaga kehidupan pribadinya. Ia tak gemar tampil di layar kaca serta melakukan upaya eksistensi dengan membuat sensasi yang sering dilakukan oleh para publik figur lainnya. Sosoknya yang sederhana dan memukau banyak orang.
Ia dikagumi oleh para pecinta novel lantaran gaya tulisan khasnya dalam menyampaikan sebuah kisah sangat mudah dipahami dengan bahasa yang mudah diterima oleh banyak orang. Meskipun dinobatkan sebagai penulis terkenal dengan buku-buku yang sudah best seller namun ia tak memanfaatkannya untuk sekedar mencari popularitas.
Kehidupan Tere Liye Sebelum menjadi seorang penulis
Masa lalu Tere Liye tidak banyak tahu. Tapi, dari beberapa artikel yang memuat tentang profil serta biografi Tere Liye yang berkaitan dengan masa kecilnya diketahui bahwa ia merupakan anak dari seorang petani. Ia lahir pada tanggal. 21 Mei 1979 di daerah pedalaman Sumatera Selatan.
Biografi serta profil Tere Liye – Penulis Novel Terkenal Asal IndonesiaIa adalah anak ke-6 dari tujuh bersaudara yang tumbuh di dalam keluarga sederhana. Kehidupan masa kecil yang dilalui dengan penuh kesederhanaan berhasil membuatnya menjadi orang yang tetap sederhana juga sampai sekarang.
Sosoknya terlihat tidak banyak gaya serta tetap rendah hati dalam menjalani kehidupan. Tere Liye mengenyam pendidikan dasarnya di SDN 2 Kikim Timur (Sumatera Selatan).
Lalu ia melanjutkan pendidikan ke SMPN 2 Kikim (Sumatera Selatan). Setelah itu, pendidikan menengah atasnya ditempuhnya di SMAN 9 Bandar Lampung.
Pada saat menempuh pendidikan tinggi, ia merantau ke tanah Jawa dengan berkuliah salah satu universitas terbaik yakni Universitas Indonesia dan berkuliah di Fakultas Ekonomi. Riwayat pendidikannya mampu menggambarkan sosok orang yang mempunyai kecerdasan sehingga tidak heran jika karya-karyanya menjadi begitu fenomenal.
Tentang kehidupan asmaranya juga tak terlalu banyak diketahui. Namun, sekarang ia sudah menikah dengan seorang perempuan cantik bernama Riski Amelia serta dikaruniai dua orang anak, yakni seorang anak laki-laki yang diberi nama Abdullah Pasai serta seorang anak perempuan bernama Faizah Azkia.
Fakta yang tak banyak diketahui oleh banyak orang adalah bahwa nama Tere Liye bukanlah nama aslinya, melainkan hanya nama pena yang selalu disematkan di setiap novelnya. Nama aslinya diketahui dengan panggilan Darwis.
Sekarang ia diketahui bekerja sebagai karyawan kantoran serta berprofesi sebagai akuntan. Dengan tampilan khas yang sering menggunakan kupluk dan baju casual, Tere Liye menyampaikan bahwa menulis baginya adalah sebuah hobi.
Nama Tere Liye berasal dari bahasa India yang memiliki arti “untukmu”. Biografi Tere Liye selain menjadi penulis ia juga diketahui menjalani rutinitas sebagai pekerja kantoran dengan menjadi seorang akuntan di sebuah perusahaan. Bahkan pekerjaan ini masih ia tekuni sampai saat ini.
Novel-novel Tere Liye
Sampai saat ini Tere Liye sudah menghasilkan 21 karya yang keseluruhan novelnya mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat. Bahkan beberapa novelnya sudah diangkat ke layar lebar dan menarik minat masyarakat Indonesia untuk menontonnya.
Diantaranya Hafalan Shalat Delisa, Mimpi-Mimpi Si Patah Hati, Moga Bunda Disayang Allah (2005), The Gogons Series: James & Incridible Incodents, Rembulan Tenggelam di Wajahmu, Cintaku Antara Jakarta dan Kualal Lumpur (2006), Sang Penandai (2007), Senja Bersama Rosie, Bidadari-Bidadari Surga (2008), Burlian (2009), Pukat, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (2010), Eliana, Serial Anak-Anak Mamak, Ayahku (Bukan) Pembohong (2011), Bumi (2014) dan masih banyak lagi karya yang lainnya.
sumber :
REVIEW Novel Pulang Karya Tere Liye
“Sungguh, sejauh apa pun kehidupan menyesatkan, segelap apa pun hitamnya jalan yang kutempuh, Tuhan selalu manggil kami untuk pulang.”
Yang ngefans sama dwilogi Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk, pasti akan suka dengan buku ini. Sama ‘gelap’nya, sama menegangkannya, tapi sama pula sarat maknanya.
Memang selalu ada sesuatu yang bisa direnungi dan dipelajari dan novel2 Tere Liye. Setiap selesai membaca setiap novelnya, yang terlintas hanya satu: kapan karya terbarunya keluar lagi :)
(Renda Diennazola, Goodreads Indonesia)
Selalu. Karya Tere Liye selalu membuatku terpukau. Selalu ada hal penting yang harus di ambil di setiap kisahnya. Kali ini bahkan lewat cerita dari seorang tukang pukul. Dalam terminologiku, status Bujang adalah seorang Yakuza. Mungkin Yakuza merupakan istilah yang lebih terkenal di Jepang, namun di buku ini, Tere Liye menggambarkannya sebagai tukang pukul dari sebuah keluarga besar yang bermain ekonomi dalam pasar gelap. Jujur saja, aku yang tidak memiliki landasan ilmu ekonomi tidak tahu tentang istilah Shadow Economy. Aku pernah diberi kabar bahwa Tere Liye seorang dosen ekonomi dan hal yang diterangkannya mengenal Shadow Economy benar-benar mengerikan. Pada awal-awal bab, aku memikirkan beberapa hal yang Tere Liye tuliskan. Dunia ini, tidak peduli betapa bersihnya pejabat atau sistem pemerintahannya tidak akan pernah lepas dengan namanya dunia gelap, Tere Liye secara gamblang membuka rahasia umum mengenai permainan hitam itu. Buku ini menyeramkan karena mengandung fakta kebenaran. Namun lihat apa yang Tere Liye sampaikan, bahkan dari seorang tukang pukul sekalipun kita bisa mengambil pelajaran hidup.
Pulang. Buku ini menceritakan bagaimana seyogyanya manusia untuk berjalan pulang. Apa yang kita pikirkan jika mendengar kata pulang, apakah orang tua, rumah yang nyaman, keluarga yang indah. Secara kasar, kita pasti akan memikirkan itu, namun Tere Liye menjelaskan definisi pulang dengan arti yang lain, arti yang bermakna untuk pulang ke dalam kodrat manusia untuk menerima semua hal yang terjadi, berdamai pada diri sendiri, menerima kebencian dan kebahagiaan dalam hidup. Dan kembali ke Tuhan yang Maha Esa. Kembali pada Sang Pencipta. Begitulah yang terjadi pada Bujang alias Si Babi Hutan –tentu bukan nama alias yang bagus namun semua orang menyeganinya. Ia yang digambarkan sebagai perantau dari negeri Sumatera, yang meninggalkan kedua orang tuanya di hutan belantara mengambil jalan hidup yang keras. Di didik bersama kepala Keluarga Tong yang menguasai ekonomi gelap lalu kemudian menjadi salah seorang tukang pukul yang kuat dan cerdas. Namun dibalik kekuatan serta keteguhan prinsip hidupnya, Bujang tetap menyimpan sebuah barier pertahanan di dalam dirinya dan setelah tidak ada lagi guru yang bisa mengajarkannya tentang hakikat menjadi manusia seutuhnya, Bujang harus mencari sendiri hakikat tersebut.
(Nalia, Goodreads Indonesia)
“Akhirnya aku paham apa yang diserukan Bapak ketika berdebat dengan Mamak saat hari keberangkatanku ke kota. Darah tukang pukul memang mengalir deras dalam tubuhku. Itu seperti sudah menjadi takdir hidupku.”
Aku sangat bersemangat saat tahu Tere Liye akan merilis buku ini. Selain karena ia adalah salah satu penulis lokal favoritku, sinopsisnya yang terdengar sarat emosi berhasil menarik perhatianku. Dari sinopsisnya, aku mengira bahwa ceritanya akan berkisar pada kisah keluarga—namun ternyata buku ini jauh lebih rumit daripada itu. Dengan alur cerita yang maju mundur dan diceritakan dari sudut pandang pertama Bujang, aku mungkin bisa menyebut buku ini sebagai sebuah kisah anti-hero—mengingat karakter utamanya yang abu-abu. Alurnya bergerak maju mundur dan banyak menyelipkan potongan masa lalu Bujang saat ia berusia 15 tahun hingga ia beranjak ke masa sekarang saat ia berusia 35 tahun. Dengan alur maju mundur seperti ini, pembaca dapat dengan jelas mengikuti perjalanan hidup Bujang serta perubahan karakter yang ia alami dalam tahun-tahun tersebut. Selama membaca buku ini, sebenarnya ada saat ketika aku bertanya-tanya apa sebenarnya konflik utama cerita ini. Namun setelah aku pikir lagi, aku rasa ceritanya berpusat pada karakter Bujang dan dunia seperti apa yang ia geluti sebagai tukang pukul Keluarga Tong. Tone ceritanya agak serupa dengan buku Tere Liye yang terdahulu, Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk; terutama dengan adanya beberapa adegan aksi yang cukup menegangkan. Aku juga sempat bingung dengan arah yang dituju oleh ceritanya, namun semakin lama semuanya menjadi jelas; bahwa selain tentang pekerjaan Bujang, kisah ini juga adalah tentang perjalanan emosi lelaki yang tidak punya rasa takut itu. Menjelang akhir ceritanya ada plot twist yang mengejutkan sekaligus tidak terduga, dan aku sangat suka itu. Meskipun eksekusi ending-nya cukup klise, aku masih menikmati keseluruhan ceritanya dengan baik. Dan tentunya ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah hidup Bujang ini :)
“Itu perjalanan yang tidak mudah, Bujang. Kau harus mengalahkan banyak hal. Bukan musuh-musuhmu, tapi diri sendiri, menaklukkan monster yang ada di dirimu. Sejatinya, dalam hidup ini, kita tidak pernah berusaha mengalahkan orang lain, dan itu sama sekali tidak perlu. Kita cukup mengalahkan diri sendiri. Egoisme. Ketidakpedulian. Ambisi. Rasa takut. Pertanyaan. Keraguan. Sekali kau bisa menang dalam pertempuran itu, maka pertempuran lainnya akan mudah saja.”
Seperti yang aku sebutkan sebelumnya, karakter utama cerita ini—Bujang—bisa jadi adalah seorang karakter anti-hero karena pekerjaan yang ia lakukan. Jika dilihat dari sudut pandang Bujang sendiri, tentu saja tidak ada yang salah dengan apa yang ia kerjakan. Tetapi dari sisi lain, Bujang seringkali harus membunuh ataupun mengancam demi mendapatkan apa yang dibutuhkan oleh Keluarga Tong. Meskipun Bujang dan anggota Keluarga Tong yang lain akan terlihat kejam di mata orang-orang awam, melihat kesetiaan dan perhatian yang ada di antara mereka benar-benar menghangatkan hatiku. Hal tersebut memberiku sebuah perspektif baru bahwa organisasi yang gelap sekalipun juga memiliki kisahnya sendiri.
Karakter favoritku dalam buku ini mungkin adalah Salonga, guru menembak Bujang. Salah satu adegan favoritku juga adalah momen mengharukan antara Bujang dan Salonga. Salonga adalah penembak yang luar biasa hebat dan aku sangat menyukai filosofi yang diajarkannya selama pelajaran menembak. Selain itu, ada beberapa momen mengharukan lain yang terjadi dalam ceritanya; salah satunya adalah saat Bujang berhasil membuktikan dirinya dengan melakukan tugas pertama yang ia dapatkan dari Tauke—momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh Bujang. Tentu saja aku tidak akan menuliskan semuanya di sini agar tidak memberikan terlalu banyak spoiler bagi yang belum membacanya :)
“Hidup ini adalah perjalanan panjang dan tidak selalu mulus. Pada hari ke berapa dan pada jam ke berapa kita tidak pernah tahu, rasa sakit apa yang harus kita lalui. Kita tidak tahu kapan hidup akan membanting kita dalam sekali, membuat terduduk, untuk kemudian memaksa kita mengambil keputusan. Satu-dua keputusan itu membuat kita bangga, sedangkan sisanya lebih banyak menghasilkan penyesalan.”
Membaca buku ini membuatku seolah benar-benar mengenal sosok Bujang serta dunia yang ia geluti; dan lewat karakter ini aku juga diingatkan tentang banyak hal yang berkaitan dengan kehidupan. Secara keseluruhan, buku ini cukup menegangkan dari awal hingga akhir dan kisahnya yang sarat emosi berhasil membuatku bersimpati dengan karakternya. Sebenarnya aku ingin sekali memberi rating 5 untuk paruh pertama buku ini, namun sayangnya menurutku paruh kedua ceritanya berjalan agak sedikit lambat untukku. Oleh karena itu pada akhirnya aku memutuskan untuk memberi buku ini rating 4.5. Meski demikian, tentunya aku akan selalu menantikan karya terbaru Tere Liye yang selanjutnya. Dan semoga bisa terus menerbitkan buku yang akan menjadi inspirasi serta motivasi bagi pembaca :)
“Sepanjang kita mau melihatnya, maka kita selalu bisa menyaksikan masih ada hal indah di hari paling buruk sekalipun.”
“Ketahuilan, Nak, hidup ini tidak pernah tentang mengalahkan siapa pun. Hidup ini hanya tentang kedamaian di hatimu. Saat kau mampu berdamai, maka saat itulah kau telah memenangkan seluruh pertempuran.”
(Stefanie, Goodreads Indonesia)
=============================================================
Harga Jual Novel Pulang Karya Tere Liye :
Harga jual Novel Pulang Karya Tere Liye adalah Rp 65.000,- namun www.BursaBukuBerkualitas.com jual Novel Pulang Karya Tere Liye dengan HARGA SPESIAL hanya Rp 61.750,-
=============================================================
Cara Beli Novel Pulang Karya Tere Liye
www.BursaBukuBerkualitas.com jual Novel Pulang Karya Tere Liye, caranya bisa langsung melalui web ini atau hubungi FAST RESPON di SMS/WA : 08986508779 atau
=============================================================GRATIS ONGKIR hingga Rp 20.000 untuk setiap pembelian buku diatas Rp 250.000
=============================================================
Belanja Sambil Berbagi : Dengan membeli buku di www.BursaBukuBerkualitas.com berarti telah BERBAGI #BuatMerekaTersenyum, karena 10% laba usaha kami, disisihkan untuk kegiatan sosial komunitas
Jazaakumullah… :)